Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya. Rasulullah memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah dalam tahun Hajjatul Wada’. Di antara kami ada yang berihram, untuk Haji dan Umrah dan ada pula yang berihram untuk Haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
​Baca lebih lanjut tentang Jenis Ibadah Haji dan kegiatan ibadah haji dari hari pertama sampai ke-6:

Tatacara Tawaf mengelilingi Kakbah, Ritual Tawaf termasuk berjalan tujuh kali melawan arah jarum jam mengelilingi KakbahTatacara Tawaf mengelilingi Kakbah, Ritual Tawaf termasuk berjalan tujuh kali melawan arah jarum jam mengelilingi Kakbah.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:

  • Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
  • Haji tamattu’, mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama. Tamattu’ dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
  • Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua tawaf dan dua sa’i.

Kegiatan Jenis Ibadah Haji

Literatur Fikih menggambarkan cara-cara dalam melaksanakan ritus Haji, dan jamaah utamanya mengikuti kitab panduan dan menaatinya untuk memenuhi seluruh kewajiban Haji dengan sempurna. Dalam melaksanakan ibadah Haji, jamaah tidak hanya mengikuti tatacara Nabi Muhammad, tetapi juga memperingati peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan Ibrahim.

Ihram
Ketika jamaah mencapai niat dalam hati Miqat (batas-batas tertentu tempat atau waktu jamaah berniat melaksanakan Haji), untuk memasuki keadaan yang suci – dikenal dengan Ihram – yang hanya memakai dua lembar kain putih tanpa jahitan untuk laki-laki, dengan satu kain menutup sekitar pinggang mencapai bagian bawah lutut dan kain lain di pakai di bahu kiri mengikat di sisi kanan; mengenakan pakaian biasa untuk wanita dengan memenuhi kondisi pakaian Muslimah Islami dengan tangan dan wajah tidak di tutup; mengambil wudu; merencanakan keinginan (niyah) untuk melaksanakan ibadah Haji dan untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang seperti memotong kuku, mencukur bagian tubuh manapun, melakukan hubungan seksual; menggunakan wangi-wangian, merusak tanaman, membunuh hewan, menutup kepala (untuk laki-laki) atau wajah dan telapak tangan (untuk wanita); melakukan pernikahan; atau mengangkat senjata. Ihram memiliki makna bahwa setiap umat baik yang miskin maupun yang kaya sama di depan Tuhan: tidak ada perbedaan antara keduanya.

Tawaf and sa’i
Tatacara Tawaf mengelilingi Kakbah, Ritual Tawaf termasuk berjalan tujuh kali melawan arah jarum jam mengelilingi Kakbah. Ketika sampai di Masjidil Haram, jamaah melakukan tawaf kedatangan yang juga bagian dari Umrah atau sebagai tawaf selamat datang. Saat tawaf, jamaah juga memasuki Hateem – sebuah wilayah di sisi utara Kakbah – di dalam jalan mereka. Setiap putaran di mulai dengan mencium atau menyentuh Batu Hitam (Hajar Aswad).

​Jika mencium batu tidak memungkinkan karena padatnya jamaah, mereka cukup mensejajarkan diri dengan arah Batu Hitam dengan mencium tangan sendiri ketika tawaf. Makan tidak diperbolehkan namun minum air tetap diizinkan, karena risiko dehidrasi. Laki-laki dianjurkan untuk melakukan tiga putaran pertama dengan cepat dikenal sebagai Ramal, dan diikuti empat putaran lainnya dengan tidak terlalu cepat.

Pelengkap ibadah tawaf adalah salat dua Raka’at di belakang Tempat Ibrahim (Muqam Ibrahim), sebuah tugu dekat Kakbah di dalam masjid. Meskipun demikian, dikarenakan padatnya jamaah saat musim Haji, mereka cukup melaksanakan salat di mana saja di dalam masjid. Setelah salat, jamaah juga meminum air dari sumur Zamzam, yang tersedia dalam keran Masjid.

Walaupun secara tradisional ibadah tawaf dilakukan di lantai dasar, tawaf saat ini juga dapat dilakukan di lantai pertama dan atap masjid agar tidak terjadi kepadatan.
Tawaf diikuti oleh sa’i, berjalan atau berlari tujuh kali antara bukit Shofa dan Marwah, berlokasi dekat Kakbah. Sebelumnya tempat ini berada di tempat terbuka, kini tempat ini tertutup dan masuk kedalam area Masjidil Haram, dan dapat berhubungan langung dengan terowongan.

Jamaah diharuskan berjalan diantara kedua bukit ini, sampai tanda dua tiang hijau sebuah bagian kecil sebagai tanda kapan mereka harus berlari. Jalur ini kini memiliki “jalur ekspres” bagi para penyandang disabilitas atau orang-orang tua. Setelah sa’i, jamaah laki-laki mencukur rambutnya dan wanita memotong beberapa bagian rambut, ini juga sebagai pelengkap ibadah Umrah.

​Kegiatan Ibadah Haji Hari Pertama sampai ke-6
Berikut adalah kegiatan ibadah haji dari hari ke-1 sampai ke-6:

Hari pertama: 8 Zulhijah
Setelah salat pagi di 8 Zulhijah, jamaah pergi ke Mina di mana mereka menghabiskan waktu untuk melaksanakan salat tengah hari, sore, petang, dan malam. Keesokan paginya setelah salat pagi, mereka meninggalkan Mina menuju Arafat.

Hari kedua: 9 Zulhijah
Tanggal 9 Zulhija
h di kenal dengan Hari Arafah, dan tanggal inilah yang di namakan Hari Haji.
Di 9 Zulhijah sebelum siang, jamaah sampai di Arafah, sebuah wilayah datar dan berbatu berlokasi 20 kilometer di timur Mekkah.
Hal yang di lakukan di Arafah termasuk berdoa, mengingat dosa masa lalu, melihat kebesaran Tuhan, dan mendengarkan nasihat-nasihat dari para sarjana Islam di dekat Jabal al-Rahmah (Gunung Kasih Sayang), disana lah Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sejak siang hingga matahari terbenam, ibadah ini bernama ‘berdiri sebelum Tuhan’ (wuquf), salah satu ritual paling penting dalam ibadah Haji.
Di Masjid Namirah, jamaah melaksanakan sembahyang siang dan sore bersamaan di waktu sore.
Seorang jamaah yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah tidak akan di terima sebagai ibadah haji, meskipun telah membayar denda.
Jamaah haji harus meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah setelah sore tanpa salat maghrib (sore) di Arafat.
Muzdalifah adalah wilayah antara Arafat dan Mina. Ketika mereka sampai disana, jamaah melaksanakan salat Maghrib dan Isya dengan di satukan (jama), menghabiskan malam untuk berdoa dan tidur di alas langsung tanpa atap mengahadap ke langit, dan mengumpulkan tenaga untuk melaksanakan lempar jumrah di keesokan harinya.

Hari ketiga: 10 Zulhijah
Kembali di Mina, jamaah Haji melakukan upacara simbolik melempari Iblis dengan batu (Ramy al-Jamarat) dengan melontarkan tujuh buah batu hanya ke salah satu dari tiga pilar, di kenal sebagai Jamrat al-Aqabah dari matahari terbit hingga terbenam.
Dua pilar (jamarah) lainnya tidak diberlakukan ibadah melempar jumrah pada hari tersebut. Ketiga tiang tersebut di representasikan sebagai Syetan.Jamaah naik ke Jembatan Jumrah, sebagai tempat melempar jumrah. Dikarenakan alasan keamanan, di 2004 tiang diganti dengan tembok panjang besar, dengan parit penampung kerikil di bawahnya.

Setelah melempar jumrah, hewan disembelih sebagai cara untuk memeperingati kisah Ibrahim dan Isma’il. Secara tradisional jamaah mengorbankan hewan mereka sendiri-sendiri, atau mengatur penyembelihan. Kini beberapa jamaah Haji cukup membeli voucher kurban di Mekkah sebelum musim Haji berlangsung, yang mengeluarkan seekor hewan untuk dikurbankan dengan menyebut nama Allah pada hari kesepuluh Zulhijah, tanpa dihadiri oleh jamaah Haji pemiliknya. Proses yang modern mempercepat pengemasan daging, yang kemudian dibagikan kepada orang miskin di seluruh dunia. Di waktu yang sama seperti di Mekkah, Muslim juga melakukan pengorbanan, dalam tiga hari berturut-turut yang di kenal dengan nama Eid al-Adha.

Setelah mengorbankan seekor hewan, ritual Haji terpenting lainnya adalah memotong atau menghabiskan rambut kepala (dikenal dengan Halak). Semua jamaah laki-laki mencukur atau menggunduli rambutnya pada hari Iduladha dan jamaah wanita memotong bagian rambutnya.
Pada hari yang sama atau keesokan harinya, jamaah kembali mengunjungi Masjidil Haram di Mekkah untuk tawaf lainnya, dikenal sebagai Tawaf al-Ifadah, sebuah bagian pokok dari Haji.[65] Ini melambangkan jawaban atas ketergesaan kepada Allah dan menunjukan cinta kepada-Nya, dan diwajibkan sebagai bagian dari Haji. Malam tanggal 10 dihabiskan kembali di Mina.

Hari keempat: 11 Zulhijah
Dimulai di siang hingga matahari terbenam di 11 Zulhijah (dan tanggal setelahnya), jamaah Haji kembali melempar jumrah, kali ini dilemparkan ke dua dari tiga pilar di Mina. Ibadah ini termasuk kedalam lempar jumrah.

Hari kelima: 12 Zulhijah
Di 12 Zulhijah ritual yang sama seperti yang dilakukan di 11 Zulhijah. Jamaah meninggalkan Mina ke ke Mekkah sebelum matahari terbenam pada tanggal 12 Zulhijah.

Hari keenam, hari terakhir di Mina: 13 Zulhijah
Jika tidak mampu meninggalkan Mina pada tanggal 12, mereka diharuskan kembali melempar jumrah sebelum kembali ke Mekkah.

Akhirnya, sebelum meninggalkan Mekkah, jamaah melaksanakn tawaf perpisahan yang disebut Tawaf al-Wadaa. ‘Wadaa’ berarti ‘undangan perpisahan’. Jamaah mengelilingi Kakbah tujuh kali melawan arah jarum jam, dan jika memungkinkan, disunnahkan untuk mencium dan menyentuh Kakbah.

Mengunjungi Madinah
Walaupun bukan bagian dari ritual Haji, dapat memilih berkunjung ke Madinah dan Masjid Nabawi (Masjid Rasulullah), yang terdapat Makam Nabi Muhammad di dalam Kubah Hijau. Masjid Quba dan Masjid Qiblatain biasanya juga turut dikunjungi.


By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *